Thursday, September 30, 2010

Dosa dan Maksiat, Cermin Hilangnya Kewibawaan Umat Islam


Tidak diragukan lagi bahawa kehinaan dan malapetaka yang ditimpakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala itu disebabkan karena banyak manusia lalai, merasa tidak bersalah jika melaksanakan dosa dan kemaksiatan. Mereka pun pura-pura tidak tahu bahwa yang demikian itu akan menyebabkan turunnya ancaman dari Allah subhanahu wa ta'ala. Allah ta'ala berfirman: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar." (Ar-Rum:41)


Kemuliaan kaum muslimin pun terpuruk dikarenakan penganutnya acuh tak acuh terhadap agamanya, yang halal menjadi haram dan sebaliknya, yang haram menjadi halal. Akibat dari semua itu dosa dan kemaksiatan menjadi sarapan pagi, siang dan malam harinya
�� Wallahu Musta'an.

Umar Ibnul Khaththab berkata, "Sesungguhnya kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah ta'ala dengan Islam, walau bagaimanapun kita pasti menginginkan kemuliaan tersebut, tapi jika tanpa Islam, maka Allah akan menghinakan kita." (dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi)


Dari perkataan seorang khalifah ini, jelaslah kehancuran dan kehinaan kaum muslimin akan diperolehi jika lalai dan meninggalkan agamanya. Maka hendaklah seluruh kaum muslimin saear akan hal ini dan mengetahui akibat-akibat yang ditimbulkan dari dosa dan kemaksiatannya serta hal-hal yang akan menyebabkan ia berbuat dosa.


Adapun kesan yang ditimbulkan dari dosa dan maksiat adalah sebagai berikut:

* Sesungguhnya dengan dosa dan maksiat akan melemahkan hati dari keinginannya. Sedikit demi sedikit keinginan untuk melakukan kemaksiatan akan menguat, dan keinginan untuk bertobat akan melemah hingga akhirnya akan hilang keinginan hati untuk bertaubat secara keseluruhan.


* Seseorang akan terus melakukan perbuatan dosa dan maksiat, sehingga ia akan menganggap remeh dosa tersebut. Kalau sudah demikian maka akan datang kehancuran, sebab dosa yang dianggap remeh adalah besar di sisi Allah ta'ala. Ibnu Mas'ud radliyallahu anhu berkata, "Sesungguhnya seorang mukmin tatkala melihat dosanya seakan-akan ia berada di pinggir gunung yang ia takut gunung itu akan menimpa dirinya. Dan sesungguhnya seorang yang fajir tatkala melihat dosanya, seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya lalu membiarkannya terbang." (HR. Bukhari)


* Sesungguhnya dosa dan maksiat akan menghilangkan rasa malu, yang merupakan tonggak kehidupan hati, pokok dari segala kebaikan, apabila hilang rasa malu maka lenyaplah kebaikan. Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda: "Malu adalah kebaikan seluruhnya." (HR. Bukhari Muslim)


* Disebabkan dosa dan maksiat, Allah ta'ala akan melupakan hamba-Nya dan meninggalkannya, maka terjadilah kehancuran yang tidak diharapkan.


Masih banyak dampak dan akibat yang ditimbulkan dari dosa dan kemaksiatan yang harus dijauhi oleh setiap kaum muslimin. Dengan kembali kepada agamanya, kembali kepada al-Kitab dan as-Sunnah, berpegang teguh kepada keduanya untuk mengembalikan 'izzul Islam wal muslimin (Kemuliaan Islam dan Muslimin).


Wallahu A'lam bishawab.


Artikel yang diambil daripada Buletin Al-Wara Wal Bara'...

Benarkah Bumi Mengelilingi Matahari?


Apabila kita membincangkan persoalan alam ini, rujukan utama adalah adalah kitabullah dan hadith Nabi saw yang merupakan perlembagaan dalam kehidupan setiap insan secara khususnya. Tetapi semakin hari zaman semakin maju dalam pelbagai aspek kehidupan kita telah diubah minda lebih kepada pembuktian secara saintifik berdasarkan kajian dan penelitian logik. Sebenarnya andai kita meneliti pada zaman sekarang ni hasil saintifik kebanyakannya banyak yang selari dengan apa yang telah dinyatakan Al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu. Ramai juga di kalangan saintis masa kini dan terdahulu yang kagum dengan isi kandungan Al-Quran kerana ianya selari dan menepati apa yg telah mereka lakukan kajian. Alhamdulillah, ada di antara mereka yang telah memeluk Islam dan menerima hidayah berharga ini asbab hasil kajian saintifik yang dibuat kerana logiknya semua itu pasti pemberitahuan daripada bukan sebarang berita biasa yang boleh dibuat dan pastinya ianya benar daripada Pencipta alam ini.

Tetapi bagaimana sekiranya tafsiran & ijtihad yang dibuat oleh alim ulama adalah bertentangan dengan hasil kajian yang diperoleh daripada para saintis? Bagaimana persepsi kita akan hal sebegini untuk kita jadikan pegangan dan tautan. Mungkin artikel kali ini boleh sama-sama kita fikirkan implikasi fakta sains dan juga ijtihad dan tafsiran yang dibuat berdasarkan dua sumber utama umat Islam yakni Al-Quran dan juga Hadith Nabi saw..

Soalan: Apakah matahari berputar mengelilingi bumi?


Jawab: Zahirnya dalil-dalil syar'i menetapkan bahawa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam di permukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk melewati zahirnya dalil-dalil ini kecuali dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk menakwilkan dari zahirnya. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan bahawa matahari berputar mengelilingi bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut:


1. Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman tentang Ibrahim akan hujahnya terhadap orang yang membantahnya tentang Rabb: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat." (QS Al Baqarah: 258).


Maka keadaan matahari yang didatangkan dari timur merupakan dalil yang zahir bahwa matahari berputar mengelilingi bumi.


2. Dan Allah subhanahu wa ta'ala berfirman juga tentang Ibrahim: "Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: 'Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar', maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: 'Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.'" (QS Al An'am: 78).


Jika Allah menjadikan bumi yang mengelilingi niscaya Allah berkata: "Ketika bumi itu hilang darinya."


3. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu." (QS Al Kahfi: 17).


Allah menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari, itu adalah dalil bahwa gerakan itu adalah dari matahari, kalau gerakan itu dari bumi niscaya Dia berkata, "gua mereka condong darinya (matahari)." Begitu pula bahwa penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari menunjukkan bahwa dialah yang berputar meskipun dilalahnya lebih sedikit dibandingkan firmanNya, "(condong) dan (menjauhi mereka)."


4. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (QS Al Anbiya': 33).


Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata: berputar dalam suatu garis edar seperti edaran alat pemintal. Penjelasan itu terkenal darinya.


5. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat." (QS Al A'raf: 54).


Allah menjadikan malam mengejar siang, dan yang mengejar itu yang bergerak dan sudah maklum bahwa siang dan malam itu mengikuti matahari.


6. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS Az Zumar: 5).


FirmanNya: "Menutupkan malam atau siang" artinya memutarkannya atasnya seperti tutup sorban menunjukkan bahwa berputar adalah dari malam dan siang atas bumi. Kalau saja bumi yang berputar atas keduanya (malam dan siang) niscaya Dia berkata, "Dia menutupkan bumi atas malam dan siang." Dan firmanNya, "matahari dan bulan, semuanya berjalan" menerangkan apa yang terdahulu menunjukkan bahwa matahari dan bulan keduanya berjalan dengan jalan yang sebenarnya (hissiyan makaniyan), karena menundukkan yang bergerak dengan gerakannya lebih jelas maknanya daripada menundukkan yang tetap diam tidak bergerak.


7. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya." (QS Asy Syams: 1-2).


Makna (mengiringinya) adalah datang setelahnya, dan itu dalil yang menunjukkan atas berjalan dan berputarnya matahari dan bulan atas bumi. Seandainya bumi yang berputar mengelilingi keduanya tidak akan bulan itu mengiringi matahari, akan tetapi kadang-kadang bulan mengelilingi matahari dan kadang matahari mengiringi bulan, karena matahari lebih tinggi daripada bulan. Dan untuk menyimpulkan ayat ini memmerlukankan pengamatan.


8. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya." (QS Yaa Siin: 37-40).


Penyandaran kata berjalan kepada matahari dan Dia jadikan hal itu sebagai kadar / batas dari Dzat yang Maha Perkasa lagi Mengetahui menunjukkan bahwa itu adalah jalan yang haqiqi (sebenarnya) dengan kadar yang sempurna, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan siang malam dan batas-batas (waktu). Dan penetapan batas-batas edar bulan menunjukkan perpindahannya di garis edar tersebut. Kalau seandainya bumi yang berputar mengelilingi maka penetapan garis edar itu untuknya bukan untuk bulan. Peniadaan bertemunya matahari dengan bulan dan malam mendahului siang menunjukkan pengertian gerakan muncul dari matahari, bulan, malam, dan siang.


9. Dari Abu Dzarr, sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa-sallam bersabda pada suatu hari "Tahukah kalian kemana matahari ini pergi?" Para sahabat menjawab: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui", Rasulullah bersabda "Sesungguhnya matahari ini beredar/berjalan sampai berakhir ke tempatnya di bawah 'Arsy maka dia tersungkur sujud, terus-menerus dia dalam keadaan demikian sampai dikatakan kepadanya: "bangkitlah/angkatlah (dirimu) dan kembalilah dari tempat kamu datang", maka matahari tersebut kembali lalu terbit dari tempat terbitnya kemudian beredar lagi sampai berakhir ke tempatnya di bawah 'Arsy lalu dia tersungkur sujud dan terus menerus dalam keadaan demikian sampai dikatakan kepadanya: "angkatlah dan kembalilah dari tempat kamu datang", lalu dia kembali dan terbit dari tempat terbitnya (sebagaimana biasa) kemudian dia kembali beredar, yang manusia tidak akan mengingkarinya sedikitpun, sampai berakhir ke tempatnya yaitu di bawah 'Arsy maka dikatakan kepadanya "angkatlah dan jadilah kamu terbit dari arah terbenammu" maka matahari itu terbit dari arah terbenamnya, kemudian Rasulullah bersabda: "Tahukah kalian kapan hal itu terjadi?" Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat keimanan seseorang bagi dirinya, yang dia tidak beriman sebelumnya atau berusaha dengan kebaikan dalam keimanannya" (H.R. Al-Imam Muslim).


Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Abu Dzar radhiyallahu 'anhu dan matahari telah terbenam, "Apakah kamu tahu ke mana matahari itu pergi?" Dia menjawab, "Allah dan RasulNya lebih tahu." Beliau bersabda, "Sesungguhnya dia pergi lalu bersujud di bawah Arsy, kemudian minta ijin lalu diijinkan baginya, hampir-hampir dia minta ijin lalu dia tidak diijinkan. Kemudian dikatakan kepadanya: 'Kembalilah dari arah kamu datang lalu dia terbit dari barat (tempat terbenamnya).'" Atau sebagaimana beliau telah bersabda (Muttafaq 'alaih).


Dalam hadits setelah ini, dari Abu Dzarr berkata, saya menanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa-sallam tentang firman Allah Ta'ala: "Wasysyamsu tajrii limustaqarrillahaa" (Dan matahari beredar/berjalan di tempat peredarannya), Rasulullah bersabda: "tempat peredarannya adalah di bawah 'Arsy". (H.R. Al-Imam Muslim).


PerkataanNya: "Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari tempat terbenamnya" sangat jelas sekali bahwa dia (matahari) itulah yang berputar mengelilingi bumi dengan perputarannya itu terjadinya terbit dan terbenam.


10. Hadits-hadits yang banyak tentang penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari, maka itu jelas tentang terjadinya hal itu dari matahari tidak dari bumi.


Boleh jadi di sana masih banyak dalil-dalil lain yang tidak saya hadirkan sekarang, namun apa yang telah saya sebutkan sudah cukup tentang apa yang saya maksudkan wallahul Muwaffiq.

Rujukan: Majmu' Fatawa karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al 'Utsaimin dan Shohih Muslim.

Artikel yang diperolehi daripada Buletin Al Wara’ Wal Bara’..